| 46 Views
Update Terbaru Perang Rusia-Ukraina: Serangan Balik Zelensky ke Belgorod, Putin Mengancam
Perang Rusia-Ukraina terus memanas, dengan dampaknya yang tidak hanya dirasakan oleh kedua negara tetapi juga mempengaruhi stabilitas global. Setiap perkembangan baru membawa implikasi besar bagi masa depan keamanan di Eropa dan dunia.
CendekiaPos - Perang antara Rusia dan Ukraina terus berkecamuk dengan intensitas yang semakin meningkat sejak invasi Moskow pada 24 Februari 2022. Kini, lebih dari dua tahun berselang, konflik ini memasuki babak baru yang semakin brutal, di mana Ukraina semakin gencar melancarkan serangan balik ke wilayah Rusia.
Berikut adalah lima perkembangan terbaru terkait konflik yang semakin memanas ini, yang dirangkum oleh CNBC Indonesia pada Selasa (27/8/2024):
1. Pasukan Ukraina Menyerbu Perbatasan Belgorod, Rusia
Setelah sukses melancarkan serangan ke wilayah Kursk, pasukan Ukraina kini mengalihkan fokus mereka ke Belgorod, wilayah selatan Rusia. Serangan ini menandai eskalasi serius dalam konflik yang sedang berlangsung, dengan laporan yang menyebutkan sekitar 500 tentara Ukraina mencoba menerobos perbatasan Rusia di Nekhoteyevka dan Shebekino.
Saluran Telegram Mash, yang dilaporkan oleh The Guardian, mengungkapkan bahwa pertempuran sengit terjadi di dua pos pemeriksaan di Belgorod. Wilayah ini berbatasan langsung dengan Kursk, yang sebelumnya telah direbut oleh pasukan Ukraina dalam serangan kilat pada 6 Agustus.
Gubernur Belgorod, Vyacheslav Gladkov, mengonfirmasi adanya upaya terobosan oleh pasukan Ukraina. Namun, ia menegaskan bahwa situasi masih terkendali meskipun tetap sulit. "Informasi telah muncul bahwa musuh berusaha menerobos perbatasan wilayah Belgorod. Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, situasi di perbatasan tetap sulit tetapi terkendali," ujarnya seperti dilansir Reuters.
2. Serangan Masif Rusia ke Ukraina
Rusia tidak tinggal diam. Sejak Senin (26/8/2024), serangan besar-besaran dilancarkan ke berbagai wilayah di Ukraina menggunakan ratusan pesawat nirawak dan rudal. Serangan ini dilaporkan telah menewaskan sedikitnya empat orang dan merusak jaringan listrik Ukraina yang sudah rapuh.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut serangan ini sebagai salah satu yang terbesar dari Rusia, dengan lebih dari 127 rudal dan 109 pesawat nirawak diluncurkan. "Moskow meluncurkan sedikitnya 127 rudal dan 109 pesawat nirawak dalam salah satu serangan Rusia terbesar," ujar Zelensky, dikutip dari AFP.
Komandan Angkatan Udara Ukraina, Mykola Oleshchuk, menambahkan bahwa 102 rudal dan 99 pesawat nirawak berhasil ditembak jatuh dalam serangan yang disebutnya sebagai "paling masif" dari Rusia.
3. Serangan Rusia Nyasar ke Wilayah Polandia, Anggota NATO
Tensi perang semakin meningkat ketika serangan Rusia dilaporkan sempat mengenai wilayah Polandia, anggota NATO. Warsawa memperkirakan pelanggaran wilayah udara ini disebabkan oleh pesawat tanpa awak, yang diduga merupakan drone Shahed buatan Iran yang digunakan oleh militer Rusia.
"Kami mungkin berhadapan dengan masuknya sebuah objek ke wilayah Polandia. Objek itu dikonfirmasi oleh sedikitnya tiga stasiun radiolokasi," kata Jenderal Maciej Klisz, komandan operasional Angkatan Bersenjata Polandia.
Zelensky segera meminta bantuan angkatan udara Eropa untuk menghadapi ancaman ini, dengan harapan kerja sama pertahanan udara dapat melindungi wilayah Ukraina dan sekitarnya dari serangan Rusia yang semakin gencar.
4. Kepala IAEA Kunjungi Pabrik Nuklir di Kursk, Rusia
Di tengah ketegangan yang terus memuncak, Rafael Grossi, Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), melakukan kunjungan ke pabrik tenaga nuklir di Kursk, Rusia. Kunjungan ini dilakukan setelah pabrik tersebut dilaporkan beberapa kali diserang oleh pasukan Ukraina.
Grossi menekankan bahwa keselamatan dan keamanan fasilitas nuklir harus menjadi prioritas utama dalam situasi konflik seperti ini. "Keselamatan dan keamanan fasilitas nuklir tidak boleh, dalam keadaan apa pun, terancam," tegasnya.
Kunjungan ini dianggap penting untuk menilai langsung kondisi pabrik dan memvalidasi informasi yang diterima oleh IAEA mengenai ancaman terhadap keselamatan nuklir di wilayah konflik yang semakin memanas ini.
5. Tuduhan Sekutu Putin terhadap AS dalam Penangkapan CEO Telegram
Di tengah konflik yang semakin kompleks, muncul tuduhan dari Vyacheslav Volodin, ketua majelis rendah parlemen Duma Negara Rusia dan sekutu dekat Presiden Vladimir Putin, yang menuduh Amerika Serikat berada di balik penangkapan Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram. Tuduhan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan perang siber yang menyelimuti konflik Rusia-Ukraina.
Volodin menuduh Washington mencoba mengendalikan Telegram melalui Prancis, meskipun ia tidak memberikan bukti yang mendukung klaim tersebut. Penangkapan Durov di Prancis dikaitkan dengan investigasi terkait kejahatan yang melibatkan pornografi anak, perdagangan narkoba, dan transaksi penipuan di platform tersebut.
Dengan perang yang terus berkecamuk, informasi yang tersebar melalui platform seperti Telegram menjadi semakin penting, dan tuduhan ini menambah lapisan kompleksitas dalam konflik yang sudah sangat rumit ini.