| 52 Views

Rasulullah SAW Contoh dan Uswah Terbaik dalam Menjalani Kehidupan

Oleh : Nusroh
Reportase

Kepala Sekolah sekaligus Pengasuh Pondok Tahfidz Qur’an As syifa, Ustadzah Sri Agustini S.Pd., menegaskan bahwa Rasulullah SAW merupakan contoh dan uswah terbaik dalam menjalani kehidupan.

“Rasulullah SAW adalah suri teladan yang sempurna, dan Allah memerintahkan kita untuk menjadikan beliau sebagai satu-satunya contoh ‘the model’ dan uswah terbaik dalam menjalani kehidupan,” ungkapnya dalam acara memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan Majelis Qur’an Ummahat, Ahad (20/10/2024) di Masjid Muniroh Ali Inan Sukmajaya Depok.

Ia pun menegaskan, hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SAW surah al-Ahzab ayat 21 yang artinya, “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah SAW itu suri tauladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir dan ia banyak menyebut Allah.”

“Rasulullah SAW adalah manusia pilihan, apa pun yang dikatakan sumbernya adalah dari Allah. Sehingga jika kita taat pada Allah maka kita harus taat juga pada Rasul. Kita meneladani Rasulullah dalam semua aspek secara totalitas (ittiba’). Kita tidak boleh membatasi peneladanan kita hanya pada aspek-aspek tertentu saja. Cukupkah ittiba’ Rasul hanya meneladani akhlak beliau saja?” tanyanya di hadapan 130 jamaah yang hadir.

Jawabannya, lanjutnya, tidak cukup karena selain mengikuti yang Beliau bawa (qoul, af’al, takrir) juga meneladani bagaimana perjuangan beliau dalam mensyiarkan Islam, dalam menerapkan Islam kaffah. Menjadikan Islam sebagai satu-satunya kepemimpinan berpikir, dan Islam bukan sekadar aqidah ruhiyah namun sekaligus aqidah siyasiyah.

“Jika kita mencintai Rosulullah maka akan mentaati aturan-aturan (hukum-hukum syariat) yang wajib dilaksanakan oleh seluruh manusia yang mengaku sebagai umatnya,” jelasnya.

Menurutnya, sebagaimana yang dikatakan Imam Ibnu Rajab (w. 795 H), dalam kitabnya, Jami’ul ‘Ulum Wal Hikam, 2/297, “Siapa saja yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan cinta yang benar dari hatinya, maka cinta tersebut mengharuskan dia untuk mencintai dengan hatinya apa saja yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, membenci apa yang dibenci Allah dan Rasul-Nya, ridha dengan apa saja yang diridhai Allah dan Rasul-Nya, murka dengan apa saja yang dimurkai Allah dan Rasul-Nya, dan anggota tubuhnya akan beraktivitas sesuai dengan apa yang dituntut oleh kecintaan dan kemurkaan ini.”

Ia pun membacakan firman Allah dalam Qur’an surah Ali-Imran ayat 31 yang artinya, “Katakanlah (Muhammad), jika kamu mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.”

Begitu juga, Imam Ibnu Katsir di dalam tafsirnya menjelaskan, “Ayat yang mulia ini menetapkan bahwa siapa saja yang mengaku mencintai Allah, sedangkan ia tidak berada di jalan Nabi Muhammad SAW, maka ia berdusta sampai ia mengikuti syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW secara kaffah.”

“Jika kita sudah benar-benar mencintai Allah dan Rasul-Nya maka kita akan merasakan manisnya iman. Sebagaimana yang dijelaskan dari Anas bin Malik ra, dari Nabi SAW bersabda, ‘Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman yaitu (1) barang siapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai sesesorang, ia hanya mencintai karena Allah (3) ia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka’,” jelasnya sambil membacakan ayat tersebut.
 
Oleh karena itu, menurutnya, kecintaan kepada Rasulullah SAW tentu harus dibuktikan secara nyata dengan menaati beliau sekaligus meneladani thariqah (jalan hidup)nya, yaitu taat pada syariat dengan menerapkan Islam secara kaffah.

“Rawatlah rasa cinta itu dengan kecintaan kepada Allah dan Rasul di atas segalanya, selalu membaca sirahnya, banyak bershalawat dan sering menghadiri majelis ilmu,” pungkasnya.


Share this article via

10 Shares

0 Comment