| 12 Views

Makanan Bergizi Gratis Atau Makanan Beracun Gratis?

Oleh : Ghayda Khoirunnida
Santi Khoiru Ummah Al-Hufadz

Berita kasus keracunan akibat mengonsumsi MBG (makan bergizi gratis) ternyata tak berhenti dalam 1 kasus. Program yang telah dijalankan beberapa bulan kebelakang ini, ternyata menuai bukti adanya kegagalan fatal. Seperti pendistribusian program yang tidak merata, program tidak sesuai dengan ekspektasi, dan program tidak tepat sasaran. Tidak heran jika masyarakat mulai memandang skeptis program MBG ini.

Secara tidak langsung, kegagalan program MBG ini menunjukan bahwa negara kembali gagal melindungi kesejahteraan anak. Tercatat kasus yang timbul dari program MBG mengalami pelonjakan sejak program ini dimulai pada 6 Januari 2025 lalu. BPOM Trauma Ikrar mencatat, telah ada 17 insiden luar bias yang tersebar di sepuluh provinsi di Indonesia akibat program MBG.

Di kota Bogor, Jawa Barat, jumlah korban keracunan akibat mengonsumsi MBG bertambah mencapai 210 orang. Adapun korban yang berasal dari delapan sekolah, mereka mendapat MBG dari satu SPPG yang sama. (cnnindonesia.com, 11/05/2025)

Dari sini kita dapat perhatikan bahwa sikap pemerintah yang berperan sebagai penyelenggara program MBG, tidak benar-benar serius menjalankan program ini. Sebenarnya program MBG ini tidak memberikan solusi yang preventif, bahkan menimbulkan komersialisasi resiko. Bukannya menyelesaikan masalah, justru menambah pelik masalah.

Adapun pemerintah sendiri ternyata menyiapkan asuransi bagi para korban pengonsumsi makan bergizi gratis ini. Sikap pemerintah ini seolah mengindikasikan adanya resiko dari MBG. Sistem kapitalis yang berperan sebagai sistem penggerak negeri ini, menjadi bukti atas gagalnya sistem dalam menjamin kualitas gizi generasi.

Bagaimana tidak? Sistem ini membiarkan pasar bebas yang menyebarkan produk-produk berbahaya beredar luas tanpa ada kontrol yang ketat. Akibatnya banyak generasi muda yang menjadi korbannya. Lebih dari itu, sistem yang mengunggulkan keuntungan sebagai tujuan mereka hanya menjadikan manfaat sebagai poros hidup mereka ketimbang keselamatan dan kesehatan masyarakatnya.

Berbeda halnya dengan sistem Islam, Islam memiliki segudang solusi akan permasalah ini. Dalam sistem Islam, baik sektor ekonomi maupun kehidupan rakyat akan diatur oleh syariat Islam. Sistem Islam yang berorientasi pada kemaslahatan, jelas tidak akan membiarkan masyarakatnya sengsara.

Sebagaimana 1 abad silam, sistem Islam pernah tegak dan berkuasa di berbagai belahan dunia. Maka dapat kita pelajari bagaimana bertanggung jawabnya negara atas masyarakat. Keamanan pangan dan gizi masyarakat menjadi masalah yang harus diselesaikan dengan cepat oleh negara. Negara juga tidak boleh menyerahkan masalah ini kepada mekanisme pasar atau korporasi. Negara yang akan menjamin langsung masyarakat untuk mendapatkan kesejahteraan.

Ketika kita saat ini merindukan perubahan pada negara kita tercinta ini, satu-satunya cara ialah dengan Mengganti sistem sekarang dengan sistem yang mengatur dengan hukum Allah SWT. Hukum tanpa campur tangan kedzoliman pada tangan-tangan penguasa pengkhianat hanya bisa diwujudkan lewat sistem Islam. Kita serukan hukum Islam yang telah lama hilang demi menegakannya kembali di dunia ini melalui daulah islamiyah 'ala minhajjinnubuwwah.

Wallahu a'lam bi ash-showwab.


Share this article via

11 Shares

0 Comment