| 186 Views
Layanan Kesehatan Mungkin kah? Untuk Siapa?

Oleh : EniRf
Bogor
Dikata orang miskin dilarang sakit memang benar adanya, bagaimana tidak untuk berobat saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit kalaupun memakai BPJS tidak semua penyakit akan ditanggung.
Padahal BPJS adalah iuran yang dipungut dari masyarakat jadi bukanlah pelayanan cuma-cuma alias gratis dari pemerintah.
Hanya orang kaya saja yang bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan memadai karena uang tersedia.
Yah, layanan kesehatan telah dikomersialkan, menjadi ajang industrialisasi sehingga tidak semua warga negara bisa mengaksesnya. Telah terjadi liberalisasi di bidang kesehatan dimana pihak swasta ikut andil dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat tentunya tidak dengan cuma-cuma, dengan mendirikan rumah sakit dan sarana yang berkaitan dengannya, dari situ swasta akan mendapatkan keuntungan yang luar biasa. Bisa dibayangkan berapa banyak orang yang mengalami gangguan kesehatan maka pundi-pundi cuan akan mudah dikeruk.
Wajar jika kesehatan dalam sistem sekarang menjadi perkara yang sangat mahal. Tidak semua rakyat bisa mengakses layanan kesehatan terbaik.
Belum lagi problem Kesehatan tentang fasilitas dan nakes yang tidak merata. Permasalahan tidak meratanya penyebaran tenaga kesehatan ini merupakan masalah yang tidak pernah terselesaikan hingga saat ini karena kebanyakan terkonsentrasi hanya di perkotaan.
Selain jumlah tenaga kesehatan sangat terbatas, pemerataan tenaga kesehatan masih menjadi kendala yang terjadi, terutama bagi warga membutuhkan akses kesehatan yang tinggal di wilayah pelosok.
Maka tidak heran terjadi fenomena pengobatan secara mandiri, mengobati diri sendiri tanpa adanya adanya konsultasi pada tenaga kesehatan terlebih dahulu. ini cenderung banyak terjadi di wilayah perdesaan dibanding perkotaan.
Berdasarkan data di atas, fenomena mengobati diri sendiri nyatanya dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti status ekonomi dan akses tempat tinggal. Status ekonomi dapat dilihat dari kelompok rumah tangga dengan pengeluaran per kapita per bulan paling rendah.
Hal ini seharusnya mendapat perhatian serius dari pemerintah karena Kesehatan adalah kebutuhan dasar publik yang wajib disediakan negara.
Kepemimpinan sekuler menjadikan penguasa abai terhadap perannya sebagai pengurus urusan rakyat nya. Negara hanya berperan sebagai regulator dan fasilitator.
Efek dari penerapan sistem kapitalisme, jaminan kesehatan untuk seluruh rakyatnya tidak akan mungkin terwujud.
Lain halnya dengan aturan dalam islam, seorang pemimpin akan menjamin pemenuhan layanan kesehatan rakyatnya hingga ke pelosok dengan fasilitas yang memadai, berkualitas, dan gratis, baik untuk orang yang kaya atau yang miskin, muslim atau non muslim.
Sejarah telah membuktikan
Bagaimana seorang pemimpin negara mendatangkan seorang dokter untuk rakyatnya yang lagi dalam keadaan sakit seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. pun—dalam kedudukan beliau sebagai kepala negara—pernah mendatangkan dokter untuk mengobati salah seorang warganya, yakni Ubay. Saat Nabi saw. mendapatkan hadiah dokter dari Muqauqis, Raja Mesir, beliau pun menjadikan dokter itu sebagai dokter umum bagi seluruh warganya tanpa dipungut biaya alias gratis.
Pelayanan kesehatan tersebut berlanjut hingga pemimpin penerusnya. Negara juga menyediakan sarana dan prasarana yang memadai seperti rumah sakit, farmasi dan fasilitas lainnya sehingga rakyat dengan mudah bisa mengakses layanan kesehatan.
Itulah tanggungjawab yang seharusnya dilakukan sebagai kepala negara dan tidak boleh dialihkan kepada individu atau swasta.
Darimana dananya?
Dana tersebut bisa dipenuhi dari sumber-sumber pemasukan negara diantaranya dari hasil pengelolaan harta kekayaan milik umum, termasuk hutan, berbagai macam tambang, minyak dan gas, dan sebagainya yang begitu berlimpah banyak terkandung di dalam bumi, dari harta milik negara seperti kharaj, jizyah, ghanîmah, fa’i, ‘usyur dan lainnya. Semua itu lebih dari cukup untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan secara memadai dan gratis untuk seluruh rakyat, tentu dengan kualitas yang jauh lebih baik daripada yang berhasil dicapai saat ini.
Maka saatnya untuk beralih pada aturan islam sehingga layanan kesehatan yang bermutu dan gratis bisa dinikmati setiap individu.
Wallahu'alam