| 43 Views

Krisis Air Bersih Masih Hantui Warga, Berharap Pada Siapa?

Oleh : Rosi Kuriyah
Muslimah Peduli Umat

Adanya saluran pipa Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) yang terputus karena tersangkut jangkar kapal yang terletak di bawah laut mengakibatkan terjadinya krisis air bersih di daerah Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo, JawaTimur yang dialami oleh sekitar 10.000 warga berita ini dilansir dari PROBOLINGGO, KOMPAS.com.

Adanya kejadian tersebut sangat berdampak buruk dalam hal  pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat setempat disana. Hal ini terjadi sejak  7 November 2024. Kejadian ini membuat adanya reaksi  untuk mengirimkan bantuan air bersih agar dapat  memenuhi kebutuhan warga akan air bersih yang dilakukan dari berbagai  kelompok dan elemen masyarakat.
Air bersih tersebut dikirim lewat jalur transportasi laut yaitu kapal laut dari pelabuhan Mayangan di Kota Probolinggo menuju  Gili Ketapang yang dapat ditempuh  dengan waktu sekitar satu jam. 
Warga setempat sangat antusias menyambut kedatangan bantuan air bersih tersebut,  baik laki-laki ataupun perempuan  mereka berebut untuk mendapatkan air bersih yang sangat dibutuhkannya. 

Berkaitan dengan kejadian ini , maka bapak Oemar Sjarif sebagai Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Kabupaten Probolinggo telah mengirimkan bantuan air bersih lewat  kapal penyeberangan dengan pengiriman antara 4.000 - 26.000 liter air setiap hari. Juga beliau mengatakan semoga proses perbaikan bisa segera selesai, dan krisis air bersih Tiga Gili di Lombok Utara  makin parah. Sementara itu upaya perbaikan pipa PDAM yang terputus dipantau  oleh  Pejabat (PJ) Bupati Probolinggo dan Kepala Polres setempat juga ikut terjun langsung.

Upaya untuk menyambungkan kembali pipa PDAM yang terputus di tengah laut yang dilakukan teknisi dari tim masih berusaha keras agar krisis air bersih bisa teratasi dan dapat mensuplai air bersih kembali normal.
   
Adanya isu monopoli di berbagai daerah menyebabkan terjadinya krisis air bersih.
Akibat adanya alih fungsi sumber-sumber mata air diperuntukan industri sehingga  merusak daerah serapan, juga  pencemaran DAS  karena buruknya tata lingkungan, adanya industrialisasi dan perilaku buruk masyarakat terhadap lingkungan.

Sistem kapitalisme meniscayakan kondisi tadi masif terjadi sehingga masyarakat mengalami krisis air atau kesulitan mengakses air bersih berkualitas dan gratis.

Negara dalam sistem ini mengabaikan perannya sebagai raa'in. Alih-alih memperbaiki tata kelola air, negara malah bertindak sebagai pedagang yang turut mencari untung dari kebutuhan rakyat, termasuk air.

Sementara berbeda dalam pandangan Islam. Berbagai sumber mata air, sungai, danau,  laut, selat dan teluk adalah kepemilikan umum yang  tidak untuk dikomersilkan. Untuk memastikan agar daerah resapan tetap terjaga maka Negara akan menentukan himma di daerah hulu.
Khilafah juga akan mengelola mata air sehingga semua rakyat bisa menikmatinya secara gratis.

Negara wajib mendirikan industri air bersih perpipaan hingga terpenuhi kebutuhan air bersih setiap individu masyarakat kapan pun dan di mana pun, dengan memanfaatkan berbagai kemajuan sains dan tekhnologi sebagaimana terjadi pada era Khilafah.

Sudah saatnya kita merindukan hidup dalam naungan sistem islam.
Sistem islam inilah yang akan mensejahterakan rakyat dan bukan hanya meminimalisir permasalahan yang ada, justru menjadi solusi segala permasalahan yang ada di bumi ini.

Wallahu 'alam bishshawwab


Share this article via

73 Shares

0 Comment