| 123 Views

Kemiskinan, Issue Global yang Tak Kunjung Hilang

Oleh : Ni’mah Fadeli

Siapa mau hidup miskin? Tentu tidak ada satu orang pun di dunia ini ingin mengalaminya. Semua orang pasti ingin hidup berkecukupan atau bahkan berkeinginan menjadi kaya raya dan memiliki limpahan harta. Namun realita yang terjadi saat ini adalah bahwa angka kemiskinan masih sangat mendominasi dunia. Begitu banyak manusia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dikutip dari beritasatu.com bahwa menurut laporan Program Pembangunan PBB pada Kamis, 17 Oktober 2024, tercatat lebih dari satu miliar orang hidup dalam kemiskinan akut. Tentu ini sangat menyesakkan dada, apalagi setengah dari jumlah tersebut adalah anak-anak. Indikator kemiskinan tersebut meliputi kurangnya perumahan yang layak, sanitasi listrik, bahan bakar memasak, nutrisi, dan kebutuhan bersekolah. 

Pendidikan menjadi salah satu solusi yang dianggap mampu memutus rantai kemiskinan. Dengan pendidikan yang baik maka diharapkan seseorang mampu “mengubah nasib” dan memperbaiki ekonomi. Maka tak heran jika akhir-akhir ini para pelajar di negara dengan penghasilan rendah dan menengah, seperti Indonesia, memilih kuliah di luar negeri. Adanya beasiswa baik dari pemerintah, lembaga amal, universitas, hingga perusahaan menjadi jalan bagi pelajar yang memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya pendidikan demi perbaikan ekonomi.

Penulis studi dan Associate Professor Pendidikan Komparatif dan Internasional dari Departemen Pendidikan Oxford, Maia Chankseliani dan Joonghyun Kwak, seorang peneliti pascadoktoral menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang akan diperoleh selepas belajar dari luar negeri yang dapat memutus rantai kemiskinan. Hal tersebut  diantaranya adalah, 1) inovasi dan perubahan, 2) koneksi internasional, 3) perubahan pandangan terhadap dunia, 4) ruang bersuara, 5) pembelajaran berbasis pengalaman. (detik.com, 19/10/2024).

Kemiskinan yang Terstruktur

Upaya melepaskan diri dari kemiskinan dengan jalur memperbaiki pendidikan pribadi yaitu dengan menempuh pendidikan di luar negeri hanya akan menjadi solusi bagi sebagian kecil individu. Sementara kemiskinan telah menjadi issue global sehingga bukan lagi menjadi masalah pribadi yang harus diselesaikan sendiri. Apalagi bagi masyarakat yang mengalami kemiskinan akut, menempuh pendidikan di luar negeri adalah hal yang sangatlah jauh dari jangkauan. Kemiskinan hari ini bukan karena masyarakat yang kurang bekerja keras atau malas, namun karena memang telah terjadi kemiskinan struktural. Yaitu kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial, sehingga golongan tersebut tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia untuk mereka (Selo Soemardjan, 1980). 

Hal ini tampak nyata terjadi dari banyaknya orang kaya dengan kekayaan yang luar biasa hingga mampu membangun rumah bak istana raja, membeli pulau, memiliki pesawat pribadi dan seterusnya. Di sisi lain kemiskinan yang menyebabkan manusia meninggal karena kelaparan juga masih terjadi. Demikianlah dunia dalam cengkeraman kapitalisme. Ada jenjang yang sangat jauh antara si kaya dan si miskin. Kekayaan hanya berkutat pada orang-orang tertentu karena tidak ada aturan yang membatasi seseorang untuk memperkaya diri. Kekayaan alam yang merupakan anugerah dari Sang Pencipta pun dapat dengan mudah dikuasai segelintir orang. Padahal semestinya ada pembagian antara mana yang boleh dimiliki oleh pribadi, dikelola oleh umum, dan dikuasai negara sehingga kekayaan bisa merata dan tidak hanya berkumpul pada sebagian orang saja.

Syariat Melenyapkan Kemiskinan

Aturan pembagian kekayaan alam tersebut dimiliki oleh Islam. Sebagai sistem yang lengkap, Islam mempunyai seperangkat aturan yang berasal dari Sang Pencipta yang tentu tidak akan menzalimi ciptaan-Nya. Islam mewajibkan setiap laki-laki untuk menafkahi keluarganya maka negara akan menyediakan lapangan kerja yang memadai dan memberi standar penghasilan yang sangat cukup sehingga tidak terjadi pengangguran dalam negara dan kesejahteraan individu dapat tercapai.

Adanya zakat, infak, waqaf, dan sejenisnya yang didasari oleh iman akan benar-benar didistribusikan kepada yang berhak menerima oleh baitul maal. Hal ini juga akan menjadikan kekayaan dapat tersebar merata, bukan di segelintir orang saja.

Islam juga melarang riba, sebagaimana firman Allah,  "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa."
(Al-Baqarah : 276)

Maka tidak ada celah pintu riba di masyarakat maupun ekonomi negara. Begitu pun dengan judi, penipuan, juga penimbunan. Negara juga wajib menyediakan kebutuhan pokok rakyatnya seperti, sandang, pangan, dan papan juga kebutuhan publik, seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan sehingga masyarakat tidak perlu risau hingga mengejar pendidikan ke luar negeri demi perbaikan ekonomi.

 Syariat Islam yang diterapkan secara menyeluruh pernah telah terbukti menyejahterakan rakyat hingga mampu menguasai dua per tiga dunia selama kurang lebih 14 abad lamanya. Semoga seluruh syariat Islam dapat kembali diterapkan dalam segala aspek kehidupan sehingga kesejahteraan dapat dirasakan oleh seluruh umat karena hanya Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam.

Wallahu a’lam bishawab.


Share this article via

33 Shares

0 Comment