| 32 Views

China dan G7 Dorong Solusi Dua Negara: Palestina di Persimpangan

CendekiaPos - Presiden China Xi Jinping kembali mempertegas sikap negaranya untuk mendukung kemerdekaan penuh Palestina dalam pidatonya pada Rabu (27/11/2024). Xi menekankan bahwa implementasi solusi dua negara, dengan Palestina sebagai negara merdeka berdasarkan perbatasan 1967 dan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, adalah syarat fundamental untuk mencapai perdamaian di kawasan Timur Tengah. Pernyataan ini hadir di tengah meningkatnya kekerasan dan ketegangan geopolitik, yang mendorong komunitas internasional untuk mendesak resolusi segera.

Dukungan China untuk Palestina

Xi Jinping menyerukan penghentian segera perang di Gaza dan kawasan sekitarnya, menekankan pentingnya meredakan ketegangan melalui pelaksanaan penuh resolusi Dewan Keamanan PBB. Presiden China juga menegaskan kembali hak-hak sah rakyat Palestina, termasuk hak untuk memiliki negara yang berdaulat, eksistensi yang diakui, serta hak untuk kembali ke tanah mereka.

Tidak hanya itu, Xi mendesak pengakuan penuh Palestina sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan mendorong penyelenggaraan konferensi perdamaian internasional yang inklusif untuk menyelesaikan konflik yang berkepanjangan. Dalam pernyataannya, China juga menekankan komitmennya untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) dan bekerja sama dengan komunitas internasional demi terciptanya solusi yang komprehensif, adil, dan langgeng.

Seruan G7 untuk Perdamaian

Sehari sebelumnya, Kelompok G7 mengeluarkan pernyataan serupa, mendesak penghentian kekerasan di Gaza, Tepi Barat, dan sepanjang Garis Biru di Lebanon. Kelompok ini memperingatkan dampak serius konflik terhadap kemanusiaan dan stabilitas geopolitik. Dalam pernyataannya, G7 menyerukan:

  1. Gencatan Senjata Segera: Kelompok ini menyoroti pentingnya menghormati hukum internasional dan meningkatkan bantuan kemanusiaan.
  2. Perlindungan Warga Sipil: G7 mengkritik keras kekerasan di Tepi Barat, termasuk ekspansi pemukiman ilegal Israel dan tindakan keras terhadap warga Palestina.
  3. Penyatuan Palestina: Kelompok ini menekankan pentingnya menyatukan Jalur Gaza dan Tepi Barat di bawah Otoritas Palestina, sambil menyerukan Israel untuk menyalurkan pendapatan pajak yang ditahan kepada Palestina.

Krisis Kemanusiaan yang Memburuk

Sejak serangan besar Hamas ke wilayah Israel pada Oktober 2023, kekerasan di Gaza telah meningkat drastis. Balasan Israel melalui serangan udara besar-besaran telah menewaskan lebih dari 44.200 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak. Blokade yang dilakukan Israel telah mendorong hampir seluruh populasi Gaza ke ambang kelaparan, dengan kekurangan parah pada makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Laporan dari Mahkamah Internasional menyoroti kemungkinan genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Gaza, membuka jalan bagi gugatan hukum internasional yang lebih serius. Selain itu, UNRWA melaporkan bahwa 80% populasi Gaza kini bergantung sepenuhnya pada bantuan kemanusiaan.

Solusi Dua Negara: Tantangan dan Harapan

Meski solusi dua negara telah menjadi landasan berbagai negosiasi internasional selama beberapa dekade, implementasinya masih menghadapi tantangan besar. Beberapa poin penting yang menjadi kendala adalah:

  1. Ekspansi Pemukiman Israel: Data menunjukkan bahwa Israel terus memperluas pemukiman ilegal di Tepi Barat, yang mengancam keberlangsungan solusi dua negara.
  2. Ketidakstabilan Politik Palestina: Perpecahan antara Hamas dan Fatah melemahkan posisi Palestina dalam perundingan internasional.
  3. Kebijakan Agresif Israel: Di bawah pemerintahan Benjamin Netanyahu, kebijakan Israel terhadap Palestina semakin keras, dengan seruan untuk mencaplok sebagian besar wilayah Tepi Barat.

Namun, dukungan dari negara besar seperti China, serta tekanan dari kelompok internasional seperti G7, dapat membuka peluang untuk menghidupkan kembali solusi dua negara. Dengan konferensi perdamaian internasional yang inklusif dan efektif, langkah-langkah konkret dapat diambil untuk mewujudkan Palestina yang merdeka dan berdaulat.

Jalan Panjang Menuju Perdamaian

Pernyataan Xi Jinping dan seruan G7 mempertegas bahwa konflik Palestina-Israel tidak hanya menjadi persoalan regional tetapi juga krisis global yang membutuhkan perhatian serius. Meskipun tantangan di lapangan begitu besar, upaya internasional yang terkoordinasi dapat menjadi awal dari solusi yang lebih adil.

Dengan tekanan internasional yang meningkat dan dukungan luas untuk solusi dua negara, masa depan Palestina berada di persimpangan. Akankah dunia mampu memberikan rakyat Palestina hak-hak yang telah lama mereka perjuangkan, ataukah kekerasan akan terus berlanjut? Satu hal yang pasti, tanpa keadilan, perdamaian hanyalah mimpi yang belum tergapai.

 

Share this article via

42 Shares

0 Comment