| 131 Views

Childfree Makin Diminati, Buah Beban Hidup yang Makin Tinggi

Oleh : Raodah Fitriah, S.P

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, merilis laporan periode 2023 terkait kasus childfree. BPS melakukan survei kepada kelompok pada perempuan dan ditemukan 71 ribu perempuan yang berusia 15-49 tahun tidak ingin memiliki anak. (detik health.com, 12/11/2024). 

Histori Childfree

Menurut laman HeylawEdu, istilah childfree mengacu pada keputusan seseorang atau pasangan untuk tidak memiliki anak. Selain itu, menurut Oxford University, istilah childfree adalah kondisi di mana seseorang tidak ingin memiliki anak dengan alasan utamanya, itu adalah pilihan. 

Childfree mulai di Eropa pada tahun 1500-an karena perubahan pola pikir, kondisi ekonomi, budaya, bahkan karena takut akan masa depan. Kemudian sekarang diadopsi dan ditiru oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dilihat dari peningkatan angka childfree pada empat tahun terakhir, walaupun presentase menurun di awal pandemi covid-19 yakni di angka 6,3-6,5 persen. Paska pandemi mengalami peningkatan dan mulai dikenal luas oleh masyarakat setelah salah satu selebgram mengunggah video tentang aktivitasnya sebagai perempuan yang tidak ingin memiliki anak. 

Pernyataan Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji tentang childfree hal ini masih menjadi dugaan, sebab Indonesia  yang merupakan negara yang memiliki kultur dan sejarah yang berbeda dengan negara lain. (rri.co.id, 17/11/2024). Budaya di mata anak muda tidak lagi menarik, mulai terjadi pergeseran yang sangat signifikan di tengah masyarakat, yang mana tidak lagi patuh terhadap budaya. Paham kebebasan sudah merusak tatanan masyarakat. Bahkan loyalitas akan kultur pun tidak mampu menjadi benteng pertahanan bagi masuknya pemikiran asing. 

Dengan demikian, childfree menjadi pilihan jalan hidup baru bagi kalangan muda, terutama bagi perempuan. Hal ini berangkat dari cara pandang mereka tentang peran dan tanggung jawabnya di tengah masyarakat yang serba sulit dalam segala hal.  

Childfree terjadi karena berbagai penyebab, mulai dari ide hak reproduksi hingga biaya hidup tinggi, beban kerja makin berat yang tidak dibarengi dengan gaji yang cukup, sehingga tertanam di benak setiap pasangan terutama perempuan merasa enggan untuk memiliki anak. Ketakutan dan kekhawatiran pun muncul dalam hal tidak mampu mencukupi kebutuhan anak, terutama biaya pendidikan dan lain-lain. 

Kedua, lingkungan yang tidak baik. Berdasarkan fakta yang bisa kita indera di lingkungan sekitar, menambah tekad pasangan dan makin sadar akan kerusakan lingkungan dan over populasi penduduk bumi. Mereka memandang dengan memilih childfree sama saja berkontribusi menyelamatkan bumi. 

Terjerat Pola Pikir Sekuler Liberal 

Ideologi kapitalis berasaskan akidah sekuler (pemisahan agama dari kehidupan) melahirkan para perempuan yang tidak ingin repot dalam mengurus anak, bahkan menganggap anak hanya sebagai beban ekonomi. Kesulitan hidup dalam kapitalisme mendorong perempuan atau istri memilih childfree, karena tidak ada jaminan. Sekulerisme juga menjadikan para pasangan tidak lagi percaya akan konsep rezeki. Childfree hanya mempertimbangkan asas manfaat dan kesenangan, tanpa mempertimbangkan agama sama sekali. 

Ide ini juga membuat para ibu di zaman modern saat ini tidak lagi memandang anak sebagai regenerasi kehidupan. Melakukan akvititas publik menjadi suatu kebanggan tersendiri bagi perempuan bahkan ingin memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam hal pendidikan, karir dan kebebasan pribadi. Menjadi seorang ibu rumah tangga dianggap sebagai sesuatu yang tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini. 

Mirisnya lagi, negara memberikan kebebasan dengan paham rusak dengan dalih HAM melindungi hak-hak individu. Menyerukan kebebasan agar perempuan lepas dari tanggungjawabnya sebagai seorang ibu dan pengatur rumah tangga. Childfree menjadi bukti nyata buruknya sistem hari ini yang memandang perempuan hanya sebagai penghasil cuan saja. Alhasil, para istri atau perempuan makin terjebak dalam jeratan kapitalisme dan melawan fitrahnya. 

Anak adalah Ladang Pahala Orang Tua 

Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan memuaskan akal. Islam adalah diin (agama) dan ideologi yang lahir dari padanya aturan kehidupan yang komprehensif atas permasalahan hidup, termasuk dalam memandang anak. Anak merupakan manifestasi dari gharizah nau'_(naluri melestarikan keturunan). Menikah, hamil, melahirkan, menyusui dan mengasuh anak adalah hal alami yang akan dijalankan oleh seseorang yang berstatus ibu. Memiliki anak bukanlah beban, melainkan amanah dari Allah SWT dan menjadi ladang pahala bagi orang tua. 

Adapun terkait konsep rezeki, setiap anak memiliki rezekinya masing-masing. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT " Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin oleh Allah rezekinya ". (QS. Hud: 6). 

Selain itu, negara akan memastikan setiap individu muslim wajib mendapatkan pendidikan layak yang berasaskan akidah Islam. Pendidikan dalam Islam akan melahirkan generasi yang bersyakhsiyah (memiliki pola pikir dan pola sikap) Islam. Sehingga dengan akidah yang kokoh itu, akan menutup masuknya pemikiran yang bertentangan dengan Islam. 

Oleh karena itu, seseorang yang memilih jalan hidup childfree karena khawatir akan kondisi ekonomi dan masa depan anaknya, jelas bermasalah di akidahnya, yakni tidak mengetahui konsep qada dan qadar, tawakal, rezeki dan ajal serta menyalahi fitrah manusia.

Wallahu a'lam


Share this article via

61 Shares

0 Comment