| 324 Views

Pandemi COVID-19: Studi Terbaru Mengungkap Dampak dan Adaptasi Bank di Indonesia

Penulis: Robert Pius Pardede, dan Sinta Listari

Pandemi COVID-19 telah membawa dampak signifikan pada sektor perbankan di Indonesia, dengan berbagai bank menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas keuangan mereka. Studi terbaru dari Robert Pius Pardede dan Sinta Listari, Dosen Program Studi Perbankan dan Keuangan IBI Kesatuan, Bogor, dengan Judul Penelitian ”Kinerja Keuangan Bank Pada Masa Pandemi COVID-19” yang dipublikasikan pada Jurnal Ilmiah Manajemen Kesatuan Vol. 11 No. 1 Edisi April 2023, menganalisis bagaimana bank dari berbagai kategori, mulai dari Buku I hingga Buku IV, bereaksi terhadap krisis ini. Hasilnya mengungkap bahwa bank besar seperti Buku IV, dengan modal inti di atas Rp 30 triliun, paling terdampak dengan penurunan solvabilitas dan likuiditas yang signifikan.

Bank Buku IV, yang biasanya beroperasi pada skala internasional dan memiliki portofolio kredit yang luas, mengalami penurunan solvabilitas dari CAR rata-rata 21,70% sebelum pandemi menjadi 20,71% selama pandemi. Hal ini disebabkan oleh penurunan aktivitas ekonomi global dan domestik serta daya beli masyarakat yang melemah, yang menghambat ekspansi kredit dan menambah risiko kredit bermasalah.

Berbeda dengan Buku IV, bank Buku III dengan modal antara Rp 5-30 triliun justru menunjukkan peningkatan solvabilitas selama pandemi. CAR mereka naik dari 25,15% menjadi 27,58%, mengindikasikan bahwa strategi manajemen risiko yang mereka terapkan berhasil meningkatkan likuiditas. Ini menunjukkan bahwa bank dengan skala modal menengah memiliki kemampuan adaptasi yang lebih fleksibel.

Namun, bank Buku II menghadapi tantangan serius terkait efisiensi operasional. Nilai BOPO mereka meningkat dari 86,86% sebelum pandemi menjadi 91,47% selama pandemi, mencerminkan peningkatan biaya operasional. Meski likuiditas mereka masih terjaga, peningkatan biaya ini menunjukkan bahwa bank perlu lebih efisien dalam mengelola operasional mereka di masa krisis.

Bank Buku I, yang memiliki modal paling kecil di bawah Rp 1 triliun, justru mampu menunjukkan perbaikan efisiensi dengan menurunnya BOPO dari 89,55% menjadi 86,76%. Ini menunjukkan bahwa strategi penghematan biaya yang mereka terapkan cukup efektif. Namun, bank ini tetap perlu memperkuat struktur modal dan likuiditasnya untuk memastikan stabilitas jangka panjang.

Studi ini menyoroti pentingnya digitalisasi dalam perbankan sebagai strategi kunci untuk bertahan di tengah krisis. Bank di seluruh kategori disarankan untuk memperluas layanan digital seperti e-banking dan sistem pembayaran elektronik guna meningkatkan kenyamanan nasabah sekaligus mengurangi biaya operasional. Transformasi digital menjadi cara yang efektif untuk menjaga stabilitas dan daya saing di tengah perubahan yang cepat.

Dukungan dari pemerintah dan regulator sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas sektor perbankan, terutama bagi bank-bank besar yang menghadapi tantangan berat. Kebijakan fiskal dan moneter yang adaptif, seperti insentif untuk digitalisasi dan keringanan likuiditas, dapat membantu bank tetap beroperasi dengan baik dan mendukung pemulihan ekonomi yang lebih luas.

Perbankan di Indonesia kini menghadapi tekanan besar untuk beradaptasi dengan cepat dan meningkatkan efisiensi. Inovasi digital, manajemen risiko yang kuat, dan penguatan modal menjadi elemen penting untuk mempertahankan kinerja yang baik. Bank perlu lebih aktif berkolaborasi dengan pemerintah untuk memastikan kebijakan yang mendukung stabilitas jangka panjang.

Selain itu, bank disarankan untuk lebih fokus pada sektor UMKM dengan menawarkan produk pinjaman yang lebih fleksibel dan terjangkau. Hal ini tidak hanya mendukung sektor riil tetapi juga membantu meningkatkan daya beli masyarakat, yang pada gilirannya memperkuat stabilitas ekonomi nasional secara keseluruhan.

Pandemi ini menunjukkan bahwa sektor perbankan Indonesia memiliki ketahanan yang cukup baik, namun masih diperlukan peningkatan dalam efisiensi dan adopsi teknologi. Kolaborasi antara bank, pemerintah, dan regulator menjadi kunci utama untuk memastikan sektor perbankan tetap menjadi pilar utama dalam pemulihan ekonomi dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

 


Share this article via

86 Shares

0 Comment