| 313 Views
DBD Mewabah, Butuh Solusi Komprehensif

Oleh : Nunik Hendriyani
Pegiat Literasi, Ciparay Kab. Bandung.
Kasus demam berdarah terus mengalami peningkatan, di Jabar kasus demam berdarah sudah berada pada angka 11.058 kasus dari angka tersebut tercatat ada 96 kasus kematian, demikian data yang di himpun sejak Januari 2024 oleh dinas kesehatan Pemprov Jabar, kepala dinas kesehatan Pemprov Jabar.
Vini Adiani Dewi mengatakan "kasus demam berdarah akan mengalami peningkatan ketika memasuki musim pancaroba atau seiring dengan masa kembang biak nyamuk", beliau pun mewanti-wanti kepada masyarakat agar waspada selama rentang bulan Januari hingga April.
Tidak hanya di Jabar di beberapa wilayah juga mengalami peningkatan kasus yang sama, di wilayah Jakarta per 18 Maret 2024 menjadi 1.729 kasus, Bogor dan Kalimantan timur pun menjadi wilayah dengan kasus DBD yang turut naik signifikan. Dinkes Kalimantan timur menerangkan bahwa kasus positif DBD di provinsi tersebut meningkat menjadi 2.320 kasus dan 7 orang meninggal dunia, terkait hal itu, sudah sejauh mana keseriusan negara dalam menangani kasus DBD ini?
Tren kenaikan ini menunjukkan bahwa tindakan preventif dan kuratif yang dilakukan pemerintah masih belum optimal dan serius, DBD adalah penyakit endemis yang memang banyak tersebar di wilayah tropis dan subtropis seperti Indonesia.
Pencegahan yang dilakukan pemerintah masih berkutat pada pengendalian vektor (agen virus) yang melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya, berbagai gerakan nasional telah dimulai sejak 1980 an dari larvasida, fogging fokus, 3 M plus (menguras, menutup, mengubur atau mendaur ulang barang bekas dan vaksinasi), tim pemantau jentik (Jumantik), pemberantasan sarang nyamuk (PSN), hingga gerakan 1 rumah 1 Jumantik (G1R1). Namun beragam upaya ini nyatanya belum mampu mengendalikan angka DBD yang terus bertambah dari masa ke masa.
Dalam sistem kapitalis saat ini, kesehatan menjadi sektor jasa yang di bisniskan layaknya transaksi jual beli, sebagai contoh, vaksin DBD sudah tersedia tapi untuk mendapatkannya tidaklah gratis, jika masyarakat ingin mendapatkan vaksin mereka harus merogoh uang Rp.700.000, 00 per dosisnya.
Pemerintah belum bisa memberikan vaksin ini secara gratis dengan alasan kapasitas produksi vaksin DBD di dalam negeri yang masih sangat terbatas dan cukup lama.
Rendahnya literasi masyarakat terkait DBD dan edukasi pemerintah yang belum optimal juga memungkinkan bertambahnya kasus DBD. Masyarakat yang minim pengetahuan seputar DBD akan menurunkan kewaspadaan mereka terhadap penyakit ini, ini dikarenakan akses pendidikan yang tidak merata sehingga masyarakat minim literasi.
Tidak semua penduduk di negeri ini dapat sekolah hingga pendidikan tinggi, bahkan tidak jarang banyak yang tidak melanjutkan pendidikan karena biaya sekolah yang mahal karena himpitan kemiskinan, semua ini terjadi karena sistem kapitalisme tidak menjamin kebutuhan dasar rakyat seperti pendidikan dan kesehatan.
Padahal penanganan kesehatan dalam sistem Islam akan menciptakan masyarakat yang sehat dan unggul, wabah penyakit dapat diatasi, kesehatan masyarakat terjamin sepenuhnya oleh negara, semua ini hanya bisa terwujud dalam sistem pemerintahan yang menerapkan Islam secara menyeluruh.
Sistem kesehatan yang dipegang langsung oleh negara, menjadikan akses kesehatan dapat dirasakan oleh semua warga. Fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan tersebar merata di seluruh wilayah. Alhasil, penanganan pasien yang terkena DBD, misalnya, akan dengan mudah dan cepat tertangani.
Oleh karena itu, jika kebijakan berfokus pada kemaslahatan umat terpenuhi termasuk kesehatan. Ditambah dengan edukasi bahwa menjaga kesehatan adalah bagian dari perintah Allah SWT.
Atas dorongan takwa, rakyat dengan ringan menjaga lingkungannya agar tetap bersih dan sehat. Inilah jaminan Islam untuk memberantas wabah dengan tuntas.
Dalam perspektif Islam, penyelenggara sistem kesehatan bertumpu pada negara sebagai penjamin kebutuhan dasar masyarakat, Islam memiliki mekanisme preventif dan kuratif dalam mengatasi suatu wabah atau penyakit yang tersebar ditengah masyarakat.
Wallahu a'lam bish shawwab.