| 64 Views
Aynal Muslimun : Mengapa Dunia Harus Membela Palestina? Sebuah Seruan Kemanusiaan dan Tanggung Jawab Umat Islam
Oleh : Risky Irawan
Pengamat Politik Internasional
Konflik Palestina-Israel bukan hanya tentang perebutan tanah, tetapi juga perjuangan untuk keadilan, hak asasi manusia, dan martabat. Meski tragedi kemanusiaan di Gaza terus meningkat, banyak pihak masih memilih untuk tidak berpihak kepada Palestina.
Palestina: Simbol Perjuangan Umat dan Kemanusiaan
Palestina, khususnya Al-Quds, adalah tanah yang diberkahi Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya." (QS. Al-Isra: 1)
Ayat ini menegaskan pentingnya Palestina sebagai tanah suci umat Islam, rumah bagi Masjid Al-Aqsa, kiblat pertama dan tempat Isra Mi'raj Rasulullah SAW. Membela Palestina bukan hanya kewajiban politik, tetapi juga tanggung jawab akidah.
Konflik Palestina-Israel telah berlangsung selama beberapa dekade, dan sudah menjadi salah satu isu kemanusiaan paling kompleks dan kontroversial di dunia. Namun, meskipun fakta penderitaan rakyat Palestina semakin jelas, banyak orang tetap tidak berpihak kepada mereka, dan sebagian besar umat Muslim terlihat diam. Ada beberapa faktor mendalam yang menjelaskan fenomena ini.
1. Dominasi Narasi dan Propaganda Global
Salah satu alasan utama banyak orang tidak berpihak kepada Palestina adalah dominasi narasi pro-Israel dalam media internasional. Negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, menggunakan pengaruh politik dan media mereka untuk menggambarkan Israel sebagai negara kecil yang "dikepung" oleh musuh, sementara mengaburkan penderitaan rakyat Palestina.
- Label Teroris pada Perlawanan Palestina, Perlawanan Palestina sering kali dilabeli sebagai "terorisme," sementara agresi militer Israel digambarkan sebagai "pertahanan diri." Narasi ini mengaburkan akar konflik dan mengalihkan perhatian dari pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Israel.
- Kontrol Media Internasional, Banyak media global yang berbasis di Barat cenderung menyampaikan berita yang bias, lebih menyoroti korban Israel dibandingkan ribuan warga sipil Palestina yang terbunuh atau terluka.
2. Kepentingan Politik dan Ekonomi
Dukungan terhadap Israel sering kali lebih didasarkan pada kepentingan politik dan ekonomi daripada kemanusiaan. Israel adalah sekutu strategis bagi banyak negara Barat di Timur Tengah, dan negara-negara ini merasa berkepentingan untuk melindungi Israel.
- Pengaruh Lobi Pro-Israel, Lobi seperti AIPAC (American Israel Public Affairs Committee) memainkan peran besar dalam membentuk kebijakan luar negeri negara-negara seperti AS untuk mendukung Israel.
Salah satu alasan utama mengapa negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, memberikan dukungan penuh kepada Israel adalah pengaruh lobi pro-Israel.
AIPAC adalah salah satu lobi paling kuat di Amerika Serikat yang secara konsisten mendorong kebijakan luar negeri AS untuk mendukung Israel. AIPAC mempengaruhi Kongres melalui:
- Kampanye Politik, Mendukung kandidat politik yang pro-Israel dengan dana kampanye yang besar.
- Lobi Legislasi, Mengadvokasi kebijakan yang menguntungkan Israel, termasuk paket bantuan militer tahunan. Berkat lobi ini, AS memberikan bantuan militer sebesar $3,8 miliar per tahun kepada Israel melalui Memorandum of Understanding (MoU) yang berlaku hingga 2028. Bantuan ini menjadikan Israel sebagai penerima bantuan terbesar dalam sejarah AS.
- Opini Publik, Menggunakan media dan think tank untuk mempromosikan narasi yang mendukung Israel. Kongres AS sering kali hampir secara bulat mendukung kebijakan pro-Israel, bahkan ketika tindakan Israel melanggar hukum internasional.
- Ekonomi dan Teknologi, Israel adalah salah satu pusat teknologi dan inovasi dunia. Israel dijuluki "Startup Nation" karena memiliki salah satu ekosistem startup teknologi paling maju di dunia. Perusahaan teknologi Israel seperti Mobileye (otomotif), Waze (navigasi), dan Check Point (keamanan siber) telah mengubah cara dunia beroperasi. Dalam hal lain Uni Eropa adalah salah satu mitra dagang terbesar Israel, dengan nilai perdagangan tahunan mencapai lebih dari €30 miliar. Hubungan ekonomi dengan Israel sering kali menjadi alasan negara-negara tertentu tetap mendukungnya meskipun melanggar hak asasi manusia.
3. Fragmentasi dan Kelemahan Dunia Muslim
Salah satu alasan banyak umat Muslim tampak diam adalah karena dunia Islam sendiri berada dalam kondisi terpecah dan lemah. Berikut adalah beberapa faktor yang memengaruhi:
- Kepentingan Nasional yang Sempit, Negara-negara Muslim lebih sering mementingkan kepentingan nasional masing-masing daripada bersatu untuk Palestina. Contoh paling mencolok adalah normalisasi hubungan dengan Israel oleh negara-negara seperti Uni Emirat Arab dan Bahrain melalui Perjanjian Abraham. Perjanjian Abraham ini sendiri sudah jelas adalah serangkaian kesepakatan diplomatik yang ditengahi Amerika Serikat pada tahun 2020, yang memungkinkan beberapa negara Muslim menjalin hubungan formal dengan Israel. Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko menjadi negeri Muslim pertama yang menandatangani kesepakatan ini, membuka jalan bagi kerjasama ekonomi, politik, dan keamanan dengan Israel.
- Ketergantungan pada Barat, Banyak negara Muslim memiliki ketergantungan ekonomi, militer, atau politik pada negara-negara Barat, sehingga tidak berani secara terbuka menentang Israel.
- Ketiadaan Kepemimpinan yang Kuat, Tidak ada pemimpin dunia Muslim yang mampu mempersatukan umat Islam untuk bertindak tegas membela Palestina. Runtuhnya Khilafah pada 1924 meninggalkan kekosongan kepemimpinan dalam dunia Islam.
4. Sikap Apatis dan Distraksi Global
Meningkatnya individualisme, apatisme, dan banyaknya isu global lainnya membuat perhatian terhadap Palestina semakin berkurang:
- Distraksi Isu Global, Perhatian dunia sering kali teralihkan oleh konflik lain, seperti perang di Ukraina, perubahan iklim, atau pandemi global. Isu Palestina menjadi "terlupakan" di tengah arus berita lain.
- Apatisme di Kalangan Muslim, Banyak umat Muslim merasa tidak memiliki kekuatan untuk mengubah situasi, sehingga memilih untuk diam. Kurangnya pendidikan tentang pentingnya Palestina sebagai tanah waqaf umat Islam juga berkontribusi pada ketidakpedulian ini.
5. Ketakutan terhadap Reaksi Barat
Banyak individu, termasuk pemimpin negara Muslim, takut akan konsekuensi menentang Israel secara terbuka. Kritik terhadap Israel sering kali disamakan dengan anti-Semitisme, yang membawa risiko besar di negara-negara Barat.
- Stigma Anti-Semitisme, Orang-orang yang berbicara mendukung Palestina sering kali dicap sebagai anti-Semit. Hal ini menciptakan ketakutan bagi banyak pihak untuk menyuarakan keadilan bagi Palestina.
- Tekanan Politik dan Ekonomi, Negara-negara yang bergantung pada bantuan Barat sering kali dipaksa untuk mengambil sikap netral atau mendukung Israel demi menjaga hubungan baik dengan Barat.
6. Kekurangan Solidaritas Umat Muslim
Banyak Muslim tidak menyadari betapa pentingnya Al-Aqsa dan Palestina dalam akidah Islam. Hal ini disebabkan oleh:
- Kurangnya Kesadaran Agama, Palestina bukan hanya isu kemanusiaan, tetapi juga tanggung jawab agama. Namun, banyak Muslim tidak memahami pentingnya membela tanah suci ini sebagai amanah dari Allah.
- Minimnya Berbagai Informasi tentang Palestina, Generasi muda Muslim di banyak negara tidak diajarkan sejarah Palestina dan pentingnya Al-Aqsa sebagai kiblat pertama umat Islam.
Apa yang Harus Dilakukan Sebagai Umat Muslim?
Kita perlu merefleksikan diri untuk ikut bertanggung jawab terhadap sesama muslim, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
"Perumpamaan orang-orang beriman dalam cinta dan kasih sayang mereka bagaikan satu tubuh; jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit." (HR. Bukhari dan Muslim)
Muslim di Palestina adalah saudara kita. Ketika mereka tertindas, kita memiliki kewajiban moral dan agama untuk berdiri bersama mereka.
Allah SWT memerintahkan kita untuk melawan penindasan:
"Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya untuk Allah." (QS. Al-Baqarah: 193)
Membiarkan penindasan terhadap rakyat Palestina tanpa perlawanan adalah bentuk pengabaian terhadap ajaran Islam. dan Perlu diingat bahwa Palestina adalah amanah Umat Islam. Sebagai tanah waqaf, Palestina adalah milik umat Islam seluruh dunia. Ini adalah amanah yang tidak boleh diserahkan kepada penjajah.
Maka minimal untuk ikut andil dalam membela saudara-saudara kita di Palestina, kita perlu :
-
Melawan Narasi Dominan dengan Kebenaran, Umat Muslim dan pendukung keadilan harus aktif menyebarkan informasi faktual tentang konflik Palestina-Israel. Media sosial dapat menjadi alat yang kuat untuk melawan propaganda yang bias. Seminimal mungkin kita bisa membuat artikel, atau sekedar menyebar opini yang sudah valid atau terbukti kebenarannya.
-
Membangun Kesadaran dan Solidaritas, Pendidikan tentang pentingnya Palestina harus ditingkatkan, baik di kalangan Muslim maupun masyarakat umum. Kampanye global yang menyoroti nilai-nilai kemanusiaan di Gaza dapat membantu memperluas dukungan.
-
Menekan Pemerintah Muslim, Umat Islam perlu menekan pemerintah mereka untuk mengambil sikap tegas mendukung Palestina, baik melalui diplomasi internasional maupun dukungan langsung.
-
Menghidupkan Kembali Kepemimpinan Islam, Solusi jangka panjang terletak pada persatuan dunia Muslim di bawah kepemimpinan yang kuat, yaitu tiada lain dengan Khilafah Islamiyah, sebuah kepimpinan Islam satu-satunya yang mampu membela Palestina secara kolektif, yang sudah terbukti lebih dari 13 abad pernah memimpin lebih dari sepertiga dunia di bawah naungan Islam yang di Rahmati Allah Swt.
Ketidakberpihakan terhadap Palestina dan diamnya banyak umat Muslim adalah refleksi dari dominasi narasi global yang bias, kepentingan politik-ekonomi, serta fragmentasi dunia Islam. Namun, ini bukan alasan untuk menyerah.
Palestina adalah simbol perjuangan untuk keadilan, bukan hanya bagi umat Islam, tetapi juga bagi seluruh umat manusia. Diam berarti berkontribusi pada ketidakadilan. Sudah waktunya kita berbicara, bertindak, dan memperjuangkan kebenaran untuk Palestina.