| 196 Views

Antisipasi Musim Kemarau 2024: BMKG Ungkap Perbedaan dari Tahun Sebelumnya

CendekiaPos - Musim kemarau tahun 2024 akan segera tiba, dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memberikan proyeksi yang menarik tentang apa yang bisa kita harapkan. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, prediksi BMKG menunjukkan bahwa musim kemarau tahun ini akan berbeda, dengan beberapa perubahan signifikan yang diharapkan.

Menurut Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, A. Fachri Radjab, Indonesia diperkirakan akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei-Juni 2024. Saat ini, negara ini masih tengah mengalami puncak musim hujan. Namun, perubahan akan segera terjadi.

Dalam sebuah paparan pada rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah, Fachri menjelaskan bahwa fenomena El Nino masih aktif pada bulan Januari, meskipun diperkirakan akan melemah menuju fase netral mulai bulan Maret. Akibatnya, curah hujan tahunan diprediksi mendekati kondisi normal.

Tetapi, apa artinya ini bagi Indonesia? Fachri mengungkapkan bahwa ada sejumlah daerah yang mungkin mengalami curah hujan di atas normal dan di bawah normal. Misalnya, Aceh, Sumatra Utara bagian Timur, dan Riau telah memasuki musim kemarau karena terdapat dua kali musim hujan di daerah tersebut.

BMKG memperkirakan curah hujan tinggi masih mungkin terjadi hingga bulan Maret di beberapa wilayah, seperti Jawa, Kalimantan, dan sebagian Sulawesi. Namun, puncak musim kemarau diperkirakan akan terjadi pada bulan Juli-Agustus 2024.

Menariknya, perbedaan utama antara musim kemarau tahun ini dengan tahun sebelumnya adalah prediksi bahwa musim kemarau tahun 2024 tidak akan secanggih musim kemarau tahun 2023. Ini merupakan kabar baik, tetapi BMKG tetap menekankan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi dampak musim kemarau, termasuk potensi bencana hidrometeorologi baik kering maupun basah.

Dengan demikian, dengan informasi yang disediakan oleh BMKG, pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat lebih siap menghadapi musim kemarau yang akan datang, mengurangi risiko dan dampak yang mungkin timbul, dan menjaga ketahanan pangan serta kesejahteraan masyarakat.


Share this article via

47 Shares

0 Comment